Muhasabah dititik balik
Hari ini saya menyempatkan diri untuk merenung,bermunajat. Ada kehampaan yang mendalam dari setiap pergeseran detil hidup saya. Entah karena kekosongan jiwa,sehingga saya tidak mampu mensyukuri tetes demi tetes nikmat yang Allah berikan.
Saya beristigfar sepanjang hari ini,berharaf Allah membuyarkan kegamangan ini. Sesekali saya menengadahkan tangan kelangit menghiba-hiba kepadaNya,hanya Engkau saja penolong hamba,Engkau maha daya dan digdaya dari segala upaya.
Mencoba melarung keadaan ini,saya pun mengurai seluruh kenikmatan hidup yang pernah saya syukuri. Sampai pada satu mekanisme pembenaran,saya beranggapan apa yang sedang berkecamuk ini adalah hal yang wajar,bukan sebuah pengingkaran nikmat dan syukur. Saya hanya sedang mencoba memaksimalkan efisode metamorfosa dan peran saya sebagai imam dalam keluarga yang harus mencukupkan segalanya,terutama pengayoman saya atas segala ketenangan ruhani anak dan istri saya.
Ketenangan ruhani anak dan istrimu hanya bisa didapati jika kamu berada pada kecukupan bathinmu,demikian saya berkesimpulan.
Pada seluruh nikmat yang pernah saya nikmati dengan syukur karena pada dasarnya saya adalah orang yang tidak neko-neko dan selalu merasa berkecukupan,kemudian menjadi sebuah pengingkaran syukur karena ambisi dimana keadaan juga selalu berpihak kepada saya untuk meraih dunia lebih mudah,dibalik kemudahan Allah memberi ujian untuk mengangkat kualitas manusia pada level berikutnya. Rasanya saya harus ketitik balik. Capaian duniawi semestinya saya letakan tidak pada ragawi karena hanya mengundang ujub,semakin ujub maka semakin jauh dari bersyukur. Disitulah pangkal penyakit hati. Saya harus mulai menahan ambisi yang pada awalnya saya mengira ini semangat hidup yang power full tetapi sebenarnya ini adalah sebuah ketamakan. Ada alter dan counter ego pada diri manusia,semoga semua itu menjadikan saya sebagai manusia yang enerjik dalam segala kebajikan yang manfaatnya paling tidak bisa dirasakan sekitar saya. Sesungguhnya manusia terbaik adalah manusia yang bermanfaat, bukan pada punyanya tetapi atas punyaNya yg didalamnya ada hak orang lain untuk menikmatinya.
Yaa... pada akhirnya saya harus ketitik balik kembali. Titik dimana saya masih kosong,mengosongkan tamak yg menunggangi ambisi dan enerji hidup saya. Saya harus kembali mendekatiNya, diriNya yang selama ini saya tinggalkan atas keagungan logika dan sublimasi napsu yang tak bisa saya kalahkan. Dan titik balik itu ada diserambi kecil jantung saya,yang jaraknya tidak lebih sejengkal urat leher saya,dia ada dikeseharian yang saya tinggalkan,dia adalah aktifitas aktual dan ritual nyata ini :
1. Membaca dan mendengarkan kitab suci al-Qur'an :
Suatu ketika seseorang datang kepada Ibnu Mas’ud, salah seorang sahabat utama Rasulullah s.a.w.. Ia mengeluh, “Wahai Ibnu Mas’ud, nasihatilah aku dan berilah obat bagi jiwaku yang gelisah ini. Hari-hariku penuh dengan perasaan tak tenteram, jiwaku gelisah, dan fikiranku kusut. Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak," kata orang tersebut.
Ibnu Mas’ud menjawab, ”Kalau penyakit itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat :
Pertama, tempat orang membaca al-Quran. Engkau baca al-Quran atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya.
Kedua, engkau pergi ke majlis ilmu yang mengingatkan hatimu kepada Allah.
Ketiga, engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, di sana engkau berkhalwat mengabdikan diri kepada Allah.
2. Menyayangi orang miskin :
Rasulullah s.a.w memerintahkan kepada Muslim yang punya kelebihan harta untuk memberikan perhatian kepada orang miskin. Ternyata, sikap dermawan itu bisa mendatangkan ketenangan jiwa. Mengapa? Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa para Malaikat selalu mendoakan orang-orang dermawan:
Rasulullah s.a.w bersabda :“Setiap pagi hari dua Malaikat senantiasa mendampingi setiap orang. Salah satunya mengucapkan do'a: ' Ya Allah! Berikanlah balasan kepada orang yang bersedekah. Dan Malaikat yang kedua pun berdo'a :' Ya Allah! Berikanlah kepada orang yang bakhil/pelit itu kebinasaan."
3. Melihat orang yang di bawah, jangan lihat orang di atas :
Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud :"Siapa yang tidak bersyukur dengan pemberian yang sedikit, dia juga tidak akan bersyukur dengan pemberian yang banyak. Siapa yang tidak mensyukuri manusia, berarti dia juga tidak mensyukuri Allah. Memperkatakan nikmat Allah adalah tanda syukur, dan mengabaikannya adalah kufur. Berjamaah itu dirahmati, sedangkan berpecah belah itu mengundang azab."(Hadis Riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad)
4. Menjaga silaturahim :
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang memerlukan sesama manusia, untuk bantu membantu sesama mereka. Berbagai keperluan hidup tak mungkin diperolehi tanpa bantuan orang lain karena itu, di dalam hadis Rasulullah s.a.w diperintahkan untuk tetap menjalin hubungan silaturahim, sekalipun terhadap orang yang melakukan permusuhan.
Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda bahwa silaturahmi dapat memanjangkan umur dan memurahkan rezeki . Hubungan yang baik di dalam keluarga, maupun dengan tetangga akan mendatangkan ketenangan, kedamaian dan kemesraan. Hubungan yang baik itu juga akan menyelesaikan berbagai masaalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Rasulullah s.a.w. bersabda, "Barangsiapa memberiku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara. Hendaklah dia bersilaturahim (menjalinkan hubungan baik) niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rezeki, ditambah umurnya dan Allah s.w.t. memasukkan ke dalam Syurga."(Hadis Riwayat Ar-Rabii)
5. Banyak mengucapkan kalimah "la hawla wa la quwwata illa billah." dan berzikir kepada Allah.
Sumber ketenangan jiwa yang hakiki adalah bersumber dari Allah s.w.t.karena itu hendaklah kita selalu mendekatkan diri dengan Allah s.w.t. dalam keadaan apapun, baik dalam keadaan senang maupun susah. Banyakkanlah berzikir dan membaca kalimah-kalimah Allah. Hubungan yang kuat dengan Allah s.w.t. akan membuat seseorang menjadi kuat, tak mudah tergoda oleg apapun apabila hati sentiasa mengingati Allah maka setan laknatullah tidak akan dapat mempengaruhi hati dan fikiran kita.
6. Mengatakan kebenaran walaupun itu pahit didengar :
Hidup ini harus dijaga agar senantiasa berada di atas jalan kebenaran. Kebenaran harus diperjuangan. Pelanggaran terhadap kebenaran akan mendatangkan kegelisahan. Ketenangan jiwa akan terbina apabila kita tidak melanggar nilai-nilai kebenaran. Sebaliknya, pelanggaran terhadap kebenaran akan berpengaruh terhadap ketenangan jiwa. Lihat saja orang-orang kerap berbuat maksiat, kehidupannya dipengaruhi kegelisahan.
7. Selalu berlapang dada dan menerima kritikan orang lain, dan tetaplah pada jalanNya.
8. Tidak meminta-minta kepada orang lain :
"Tangan di atas (memberi) lebih mulia dari tangan di bawah" adalah hadis Rasulullah s.a.w yang memotivasi setiap mukmin untuk hidup mandiri. Tidak bergantung dan meminta-minta kepada orang lain, kerana jiwanya akan kuat dan sikapnya lebih berani dalam menghadapi kehidupan. Sebaliknya, orang yang selalu meminta-minta menggambarkan jiwa yang lemah. Hal ini tentu membuat jiwanya tidak tenang.
9. Menjauhkan diri dari berhutang :
Dalam sebuah hadis Rasulullah s.a.w dengan tegas mengatakan : “Janganlah engkau jadikan dirimu ketakutan setelah merasakan keamanan!”
(Para sahabat) bertanya:" Bagaimana bisa terjadi seperti itu!"
Sabdanya :" Karena hutang.”
Rasulullah s.a.w juga mengatakan dalam hadisnya : “Hendaklah kamu jauhi hutang, kerena hutang itu menjadi beban fikiran di malam hari dan rasa rendah diri di siang hari."
10. Selalu berfikiran positif :
Ucapan adalah doa,doa yang diyakini dan dipanjatkan setiap hari akan menjadi kenyataan. Begitulah kekuatan doa, doa mampu merubah sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar