Untuk kesekian kali,kami berpetualang menjelajah tanah-tanah jauh di pedalaman Kalimantan Barat. Beruntunglah saya memiliki Istri dan dua putra putri. Meskipun menempuh jalur dan rute yang sulit, beberapa kali mereka membuktikan bahwa mereka adalah petualang tangguh,tidak sedikitpun menunjukan gentar dan manja. Jalan yang kami lalui selalu tidak lazim untuk kami yang terbiasa hidup dalam kemudahan di kota besar. Kadang kami melintasi sungai. Kadang jalan kaki dijalan setapak yang becek,sepeda motor yang tidak layak jelajah di jalan tanah merah yang lengket melekat memaksa kami turun dari punggung kuda besi yang kami tunggangi. Alhamdulillah, kami menyebutnya si Semar,motor matic yang punya bagasi besar ini telah empat tahun menemani kami disetiap perjalanan kami pada tanah-tanah jelajah. Semua hanya karena kami yang tidak baik ini ingin menjadi baik, "Sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk sesama".
Ada pesan yang ingin saya sampaikan kepada mereka tentang hal ini,bahwa hidup adalah eksplorasi Ilmu pengetahuan. Dimana manusia menjadi baik jika berilmu dan ber"hati". Sebaik-baiknya hidup tidak hanya sekedar baik untuk diri sendiri. Kita punya tanggung jawab menebar kebaikan untuk sesama dan kelak akan sama-sama membuat dunia terjaga dalam keseimbangan. Jika tidak ada kepedulian maka kesenjangan akan terjadi jauh sekali. Antara yang mampu dan yang perlu dibantu jaraknya bak langit dan bumi, maka sebentar saja kerusakan disana-sini akan terjadi. Ilmu pengetahuan hanya didapat dengan cara menerima manfaat dari orang lain. Itu akan terjadi jika kita memberi manfaat juga kepadanya, karena saya yakin semua manusia punya kelebihan dan akan memberi manfaat jika kita jalin dalam silaturahim. Berpetualang adalah salah satu cara menuju kemuliaan. Dalam petualangan terjalin silaturahim dengan alam semesta. Semesta ini adalah gudang ilmu pengetahuan, yang jika pohon-pohon dijadikan penanya dan samudera menjadi tintanya ilmu Allah tidak akan ada habisnya untuk digali dan dipelajari.
Dalam petualangan ada pengalaman dan ilmu pengetahuan. Ada rasa sabar yang dikendalikan, ada semangat yang dinyalakan dan dikobarkan. Ada kalbu yang dibuka matanya sehingga mampu merasa dan melihat,Yang semua itu mampu melahirkan ilmu pengetahuan yang manfaat. "Mulialah manusia-manusia yang berilmu dan bermanfaat, karena ilmunya mampu menerangi dan membuat hidup menjadi terang benderang bagi orang lain".
Hari ini, dalam rangka itu pula kami kembali berpetualang bersama BrigecK warriors, sebuah perkumpulan teman-teman se-ide,satu visi dan satu kegemaran yang saya dirikan bersama enam sahabat saya yang kelak sejarah akan mencatat Kami; Acep ahmad, Sriyanto hadi syaputra, Agus kurniawan, Retno hartono, Aang Hardiyanto, Slamet Triyono, Muhaimin sani sebagai pendiri Brigade ini.
Kami memenuhi undangan sahabat baik kami,Latric (Landak adventure trail club) untuk bergabung dalam satu kegiatan amal bersama di desa Tenguwe kecamatan Air Besar kabupaten Landak. Sebuah desa diatas ketinggian kira-kira 800 mdpl, yang jarak tempuhnya jika ditempuh dari ngabang ke Serimbu (kota kecamatan Air Besar) sekitar 50 Km kemudian harus menanjaki punggung bukit meneruskan perjalanan dari Serimbu menuju Tenguwe sekitar 18 Km. Waktu tempuh bisa beragam, jika warga setempat cukup 2 jam dari Ngabang ke Serimbu dan 1 jam dari Serimbu menuju Tenguwe seperti yang dijanjikan dr. Angga. Oya, dokter Angga itu warrior BrigecK (sebutan hangat untuk sesama kami anggota Brigade), sempat dinas di Puskesmas Serimbu sebagai dokter PTT selama 2 tahun membaktikan diri disana. Beliau hafal betul seluk-beluk kecamatan Air besar, termasuk waktu tempuh dan medan yang akan dilalui menuju Tenguwe. Walau pun buat kami apa yang diceritakannya adalah bohong besar. Sungguh ini pendustaan yang sangat keji buat Gank motor se kreen dan kinyis-kinyis BrigecK warriors!
Atas kata-katanya yang penuh PHP itulah saya berani mengajak 2 warriors cilik saya, Ammas dan Nara. Semula saya menyangka medan yang akan kami lalui akan biasa-biasa saja seperti yang sering kami lalui. Pada prinsipnya kami tidak pernah gentar dengan segala yang akan dilalui. Namun kali ini saya harus berhitung, karena saya sedang dalam cidera lutut, berjalan saja susah harus disanggah tongkat.
Dengan percaya diri kami memulai trip pertama ke Rombo Dait. Rombo adalah sebutan lokal untuk nama lain air terjun. Rombo Dait adalah air terjun pertama yang kami lalui jika perjalanan dari kota Ngabang ke Serimbu. Letaknya ditengah-tengsh,diantara jarak keduanya. Tetapi kami harus masuk kedalam dengan jalan tanah yang agak menanjak pada awalnya,selanjutnya menanjak banget. Menurut dr. Angga jaraknya hanya 1 Km dari jalan raya. Saya tidak ingin berdebat untuk hal itu,yang saya pikirkan kita semua harus hati-hati dan selamat sampai atas karena jalan sesekali melambung ekstrim. Sisa hujan tadi malam meremukan jalan tanah merah menjadi lumpur yang melekat,lebih tepatnya seperti bubur tanah merah. Satu persatu tujuh sepeda motor BrigecK warriors berjatuhan,bergiliran seperti undian arisan. Sesekali saya yang dibonceng dr. Angga harus turun dari jok motor karena tidak mungkin dilalui berboncengan. Saya tertatih melangkah menanjak selangkah demi selangkah bersandar pada tongkat yang menopang kaki kanan saya yang sedang cidera sambil memapah Ammas putra tertua kami,kebetulan Ammas satu motor dengan saya dibonceng dokter angga.
Dibelakang saya, Nara putri saya asyik tertawa dalam gendongan ibunya. Sungguh bayi yang tangguh,Nara saat ini berusia 17 bulan. Sama halnya dengan Ammas kakaknya yang berusia 4 tahun. Buat mereka ini bukan petualangan kali pertama,jadi saya tidak aneh jika mereka sangat menikmati perjalanan ini.
Meleset dari bualan dokter Angga,akhirnya kami sampai di Rombo Dait dengan kesal dan geram. Tapi akhirnya lega dan senang juga,kami harus berdamai dengan keadaan. Rasa kesal karena dibohongi dr. Angga hilang sudah tergantikan ketakjuban kami kepada keindahan Rombo Dait.
Rombo Dait adalah air terjun tujuh tingkat yang ketujuhnya memiliki keunggulan dan keindahan masing-masing. Air terjun yang jatuh vertikal setinggi kurang lebih 20 meter dengan debet air yang agak besar,kemudian jatuh kebawah membentuk kolam dengan bebatuan dan pasir putih pelengkap ornamennya, untuk selanjutnya mengalir menjadi sungai kecil yang bening airnya,mengalir terus kedesa dibawah mengairi sawah dan ladang serta menjadi bagian kebutuhan hidup penduduk desa akan air bersih dan minum.
Disamping kanan kiri Rombo Dait adalah hutan kecil yang indah dan rimbun, ditengahnya ada jalan setapak menuju tingkat Rombo berikutnya, sepertinya indah sekali,sayang kami sudah cukup puas ditingkat pertama saja dan tidak berkeinginan untuk ketingkat berikutnya mengingat waktu kami yang tidak banyak dan harus segera melanjutkan perjalanan ke Serimbu dan Tanguwe.
Dua warriors cilikku begitu senang mandi dibawah Rombo Dait, seolah tidak ingin berhenti mandi mereka terus berendam ketengah kolam. Kebetulan tidak dalam jadi saya biarkan saja mereka bermain ditengah kolam.
Dengan menahan kecewa Ammas terpaksa harus menyudahi berenangnya, Karena hari sudah terlalu siang. Setelah makan siang dengan bekal nasi bungkus yang kami bawa dari rumah dr. Angga, kami melanjutkan kembali perjalanan.
Kali ini kami harus berhati-hati,tupanya jalan menurun lebih mengerikan. Kami harus memainkan rem dengan sangat seksama. Sepeda motor yang tidak cocok dengan medan yang dilalui menghentikan sebentar perjalanan. Kami harus menunggu Aris dan warrior Aang karena ada kendala dengan kuda besi tunggangannya. Tak terlalu lama petualangan pun dimulai kembali.
Serimbu adalah kota kecil tumpuan desa-desa sekitar. Untuk keperluan hidup, Serimbu bisa diandalkan sebagai tempat belanja kebutuhan. Pertimbangannya semua yang dibutuhkan tersedia di Serimbu dan jaraknya lebih dekat dari pada ke Ngabang.
Kami beristirahat sejenak di Serimbu sambil mempersilahkan dokter Angga bernostalgia. Mungkin ada beberapa mantan yang harus dikunjungi dan diselesaikan urusannya. Rupanya dokter angga baru saja mendapat hidayah, perjalanan yang sulit membuat empatinya terlatih. "Jika perempuan-perempuan di PHP, sungguh sangat mengenaskan dan tidak mengenakan. Ini harus segera diakhiri jika tidak ingin berdosa",gumamnya.
Hujan mulai jatuh rintik-rintik, saya mengenakan jas hujan Ammas agar tidak basah dan kedinginan. Ammas berlindung dibalik jas hujannya dari hujaman air hujan yang semakin lama semakin deras. Saya menghampiri ibu Ammas untuk mengenakan jas nya agar Nara jugs terlindung dari hujan sebelum kami gas pol kembali sepeda motor kami.
Tenguwe rupanya lebih menanjak dan curam sekali, ditambah hujan yang turun melicinkan jalanan tanah merah yang kami lalui. Kali ini kami lebih sering jatuh bergiliran, mulai dari Aris, Aang, Yanto dan saya pun ikut terjatuh. Kaki kanan saya yang sedang cidera terasa bertambah sakit,tapi saya tidak hiraukan. Saya lebih memperhatikan dua warriors saya dan ibunya. Alhamdulillah mereka tidak apa-apa. Mereka tampak sangat senang menikmati perjalanan. Entah lah, mungkin belum mengerti rasa takut.
Hujan semakin lebat dan jalanan semakin licin. Sesekali saya mengintip Ammas dan Nara dibalik mantelnya. Tampak Ammas menggigil kedinginan, tetapi tidak merengek rewel. Ckckck...Anak yang hebat,meskipun saya tahu dia hanya menguatkan diri.
Kami turun kembali dan menenteng tunggangan masing-masing. Jalan tidak mungkin dilalui karena lumpurnya sangat dalam. Satu persatu sepeda motor digerek perlahan melewati lumpur tersebut. Saya yang pincang ini terpaksa harus menggendong Ammas pada beberapa tombak kedepan.
Latric adalah komunitas yang teruji kesetiakawanannya. Dalam kepayahan Latric mengevakuasi beberapa dari kami. Dengan perkasa mereka menerbangkan kami diatas lumpur-lumpur berserakan. Kami seperti terbang dari punggung bukit satu ke bukit yang lain. Ammas berteriak kegirangan, sepanjang jalan memuji tunggangan barunya bersama om Latric. "Sungguh kreen sekali,Ammas ingin beli motor ini",celotehnya bersaing dengan deru motor.
Tidak begitu lama kami sampai di Tenguwe. Saya dengan serta merta menghempaskan ketegangan di dada ke atas tanah. Huh!!! Sungguh trip yang menakutkan. Sejenak kami menghela nafas, mengembalikan kegembiraan yang sempat direnggut rasa takut. Sambil menunggu warriors yang lain, Ammas segera bergabung dengan teman-teman barunya didusun Tenguwe. Dia memang warrior kecil yang hebat. Bersama om Latric Ammas melatih kasih sayangnya, Ammas menjadi relawan membagikan buku dan alat tulis untuk anak-anak dusun Tenguwe dan dusun Tandi di desa Tenguwe.
Desa Tenguwe berada diketinggian bukit, dengan dua dusun yaitu Tenguwe dan Tandi yang dipisahkan oleh aliran sungai. Masing-masing penduduk dusun adalah pekerja keras. Semua tidak ada yang menganggur meskipun inprastruktur belum terbangun dengan baik dan geografis alam yang sulit.
Lokasi yang turun naik menyebabkan berdampak pada kesehatan. Penduduk dusun yang beraktifitas keladang, kebun, hutan dan berburu beresiko menderita radang sendi.
Malam hari suasana Tenguwe begitu gelap gulita, karena belum dialiri aliran listrik. Tetapi warga harus beraktifitas ke masjid dan mengaji hanya menggunakan penerangan head lamp yang tidak begitu terang dikenakan pada kepala masing-masing.
Sebenarnya Tenguwe memiliki pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTM) yang bisa menerangi seluruh desa. Namun saat ini baru dusun Tandi saja yang bisa dialiri Listrik karena letaknya dekat dengan sumber enerji, yaitu PLTM Rombo Setiin.
Malam hari, dalam sinar lampu yang tidak terlalu terang bertenaga genset, Latric, Brigeck,Aimi kalbar dan KBMN serta beberapa komunitas lain memberikan persembahan untuk warga Tenguwe.
Warga desa mendadak berkumpul ramai menikmati hiburan layar tancap yang kami sajikan. Kami ingin mengembalikan semangat desa yang naif namun asli tanpa kepalsuan. Lewat film "Salah Kemat" garapan sahabat KBMN,kami ingin mengingatkan bahwa desa bukan masa lalu, tetapi desa adalah tonggak sejarah. Semua berawal dari desa,maka berbahagia dan banggalah dengan desa,tidak ada kota jika tidak ada desa. Zaman boleh berubah tapi tradisi dan kearifan tidak boleh tergerus globalisasi.
Dari pengobatan yang kami lakukan, banyak warga yang menderita radang sendi, ini bisa saja ada korelasi antara aktifitas,geografis dan sikap tubuh yang tidak memperhatikan kaidah ergonomis. Saya kira perlu ada pembinaan untuk penduduk yang hampir sebagian adalah pekerja informal. Mereka perlu mengenal kaidah-kaidah ergonomis dan pengetahuan kesehatan dan keselamatan dalam bekerja atau beraktifitas.
Beberapa diantara mereka mengeluh gangguan penglihatan yang kabur. Ini sangat erat dengan akomodasi mata yang berat dipaksakan. Setiap malam hari harus beradaptasi dengan cahaya yang seadanya. Semoga aliran listrik dapat segera menerangi seluruh desa. Satu saat Tenguwe akan terang benderang.
Rombo Setiin adalah air terjun yang tidak terlalu tinggi, mungkin jatuhnya air hanya setinggi 13 meter. Saya dan dua warrior kecil saya tidak akan menyianyiakan pemandangan kreen ini. Rombo Setiin dikelilingi hutan kecil disekelilingnya. Pohon-pohon dan cadas dindingnya begitu kokoh dan angker, membawa kita seolah-olah pada pemandangan serupa dinegeri tetangga. Hey!!! Wake up man! Ini Rombo setiin, letaknya di Tenguwe kecamatan Air besar kabupaten landak, bukan thailand.
Rombo Setiin memberi manfaat luar biasa untuk Desa Tenguwe, arus nya yang deras mampu menghasilkan enerji listrik. Sayang belum semua teraliri.
Saya dan Ammas mencoba menuruni lereng Rombo yang curam dengan tertatih, sementara Nara digendong ibunya. Ibu yang hebat, saya memeluk dan memujinya dengan takjub. Semoga saya bisa senantiasa membawanya dalam kebahagiaan.
Tidak terlalu lama kami menikmati jatuhan air yang mengumpul membentuk sebuah danau kecil. Benar-benar tempat yang kreen. Alhamdulillah saat ini belum rusak oleh tangan-tangan jahil, kami berupaya membawa kembali sampah dari apa yang kami bawa agar tidak mengotori Rombo Setiin.
Tibalah saya harus menaiki kembali lereng Rombo. Saya yang pincang ini harus bersusah payah mendakinya. Kaki saya semakin ngilu. Namun seketika sakit saya hilang. Dalam hujan Ammas yang sudah diatas lereng berlari kembali kearah saya. Ammas menggapai-gapai ayahnya dan membimbing saya menuju tempat sepeda motor kami parkir. " Ayah ndak apa-apa?",tanyanya seraya membimbing saya. Air mata saya meleleh kagum. Saya bahagia memiliki warrior-warrior cilik saya. Alhamdulillah ya Allah Tuhanku yang maha daya, semoga Ammas dan Nara menjadi anak-anak shaleh, yang membawa ayahnya kesyurga kelak, walaupun ayahnya baru bisa membawanya ke syurga dibalik Tengue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar