Kamis, 18 Februari 2016

MENGENAL THALASEMIA BERSAMA SAHABAT THALA



Terinspirasi sekali dengan Anak-anak muda ini. Namanya Sahabat Thala, Sebuah komunitas di FK. UNTAN, yang baru digagas beberapa bulan ditahun yang lalu. Tulisan ini saya dedikasikan buat Anak-anak kita,adik-adik kita, Sahabat kita sekalian para penderita Thalasemia yang juga harus berbahagia.
Komunitas Sahabat Thala telah banyak melakukan kegiatan yang bermanfaat, diantaranya adalah membuat bank darah. Karena untuk penderita thalasemia,darah adalah komponen vital yang harus didapat dengan pasti,rutin dan berkesinambungan donor dan  tranfusinya. Penderita thalasemia setidaknya memerlukan darah dari pendonor sebulan sekali bahkan ada yang seminggu sekali. Bank darah memudahkan terjaminnya stok beberapa golongan darah yang dibutuhkan. Ini kreen sekali, setidaknya penderita tidak dipusingkan mencari stok dari golongan darah yang dibutuhkan. Tinggal telpon Sahabat Thala, terus cuuuus deh ke PMI. Kerja nyata yang perlu diapresiasi.

Penyakit ini memang tidak populer karena penderitanya sedikit, namun ternyata ada di Pontianak. Ada belasan anak penderita di Pontianak,ini fakta.  Tapi syukur alhamdulillah, beberapa kali dr. Nevita Bachtiar SpA membuat kegiatan mengenai kepedulian beliau tentang Thalasemi dan penderitanya banyak disupport oleh beberapa pihak yang juga peduli dengan thalasemia.
dr. Nevita Bachtiar adalah seorang Dokter Spesialis Anak di Rumah sakit Soedarso, Beliau sangat konsern dengan banyak hal tentang penyakit pada bayi,balita dan anak-anak, termasuk Thalasemia. Beliau jugalah yang memotivasi Irwanda Djamil dan kawan-kawan dari BEM FK UNTAN untuk membentuk SAHABAT THALA.

Dalam kiprahnya yang belum setahun, belum Banyak yang Sahabat Thala lakukan. Sahabat Thala akan konsern pada penelitian dan kajian ilmiah mengenai Thalasemia serta kegiatan-kegiatan amal yang nantinya dapat disumbangkan kepada para penderita thalasemia di Pontianak.

Saya sempat kerja bareng dengan anak-anak yang kreen-kreen ini. Dalam sebuah acara bakti social, yang digagas oleh seorang dokter perempuan yang enerjinya begitu besar sehingga mampu menggerakan beberapa institusi dalam satu kepanitiaan yaitu dr. Ferrawaty Ginting,MPH. dalam acara Hari kanker sedunia yang dikeroyok bareng-bareng oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar,Dinkes Kabupaten Kubu Raya,IDI wilayah Kalbar, IDI cab. Kubu Raya,PDGI kota Pontianak,IBI Kubu raya,PPNI Kubu raya,PPGI Kubu Raya, dan beberapa organisasi profesi kesehatan di Kabupaten Kubu Raya serta SUPM. Kali ini bersama kami Sahabat Thala melakukan skrining thalasemia minor.

Skrining Thalasemia minor yang dilakukan Sahabat Thala cukup sederhana, yaitu dengan menggunakan Hb sahli untuk menjaring beberapa sampel kadar Hb yang rendah dan konfirmasi pemeriksaan fisiknya mendukung, yaitu Pucat sekali, muka mongoloid, kurus dan perut membuncit. Kemudian  mengkonfirmasi indeks menzernya dengan alat hemato analyzer, dengan angka perbandingan mcv dibagi eritrosit. Jika dibawah 13 diduga thalasemi,selanjutnya dilanjutkan pemeriksaannya dengan pemeriksaan lanjutan.

Pada baksos hari kanker sedunia yang dilaksanakan di SUPM sungai Rengas, ada satu sampel yang perlu diteruskan pemeriksaan,setelah diskrining oleh Sahabat Thala lalu dikonsulkan pada dr. Nevita didapat Indeks Marzennya 10. Skrining ini sangat bermanfaat dalam deteksi dini. Selain dapat mendeteksi Thalasemia juga bisa menemukan beberapa kasus anemia defisiensi zat besi.

Apa yang dilakukan sahabat Thala adalah hal yang sangat menginspirasi. Penyakit ini mulai Populer  karena banyak perkumpulan-perkumpulan serupa yang sangat peduli dengan Thalasemia. Penyakit ini perlu dikenali dari dini karena tidak bisa dicegah jika sudah terjadi. Tetapi jika terjadipun ini bukan akhir dari sebuah kehidupan. Penderita masih bisa hidup produktif dengan tatalaksana medis dan pola hidup yang harus dilakuakan oleh penderita. Yang sangat penting adalah penderita thalasemia butuh dukungan kita semua dalam bentuk apapun.

Di Indonesia terdapat cukup banyak penderita thalasemia yang bersifat diturunkan secara genetik, data menemukan bahwa 6-10% penduduk kita merupakan pembawa gennya. Tetapi tidak semua mampu mengenali gejalanya.  Ketidak fahaman ini menyebabkan  kebanyakan penderita Thalasemia tidak mendapat penanganan serius sehingga paling lama umur penderita hanya bertahan sampai 8 tahun.

Seperti sahabat Thala dan dr. Nevita  Bachtiar. MSc,SpA. Saya ingin mengenalkan apa yang saya ketahui tentang Thalasemia lewat tulisan,karena hanya ini yang bisa saya lakukan saat ini untuk mereka.

Jika bertanya tentang Thalasemia, seperti yang dikatakan dr. Nevita dalam Kuliah Seminarnya adalah bukan sebuah makanan yang terbuat dari bahan talas atau keladi yang banyak kita temui di Pontianak. Melainkan sebuah penyakit kelainan darah yang sifatnya genetik atau diturunkan atau resesif autosomal dikarenakan kerusakan pada DNA yang menyebabkan ketidak seimbangan pembuatan salah satu keempat rantai asam amino yang merupakan pembentuk sel darah merah penderitanya (HB). Kelainan ini menyebabkan Hb mudah rusak sehingga selalu menyebabkan Anemia.

Hemoglobin yang  merupakan salah satu komponen  pembentuk sel darah merah, terdiri dari 4 rantai asam amino (2 rantai amino alpha dan 2 rantai amino beta) ini akan bekerja bersama-sama untuk mengikat dan mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Jika terjadi  kegagalan pembentukkan rantai asam amino menyebabkan thalasemia, ditandai oleh defisiensi produksi globin pada hemoglobin, dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). Kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia).

Perlu diketahui bahwa darah yang mengalir pada tubuh kita tersusun dari Plasma dan Sel darah. Sel darah yang berenang melayang-layang  dalam plasma ini terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keeping darah (trombosit) yang semuanya dibentuk oleh gudangnya yaitu smsum tulang belakang. Untuk eritrosit ini sangat erat kaitannya dengan Hemoglobin karena merupakan salah satu unsur pembentuknya. Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Thalasemia diturunkan oleh orang tua yang carrier kepada anaknya. Seperti yang saya tulis diatas hemoglobin yang tidak normal menyebabkan eritrosit umurnya menjadi pendek inilah yang menyebabkan Thalasemia.
Thalasemia hanya terjadi pada anak-anak yang pada orang tuanya merupakan pembawa thalasemia.  Enam atau Sepuluh dari 100 orang Indonesia adalah pembawa Thalasemia. Maka kenalilah diri kita semenjak belum menikah. Jika kita sebagai pembawa thalasemia, sebaiknya jangan menikah dengan pembawa thalasemia juga,karena dipastikan salah satu dari anak kita akan menderita thalasemia mayor. Banyak kemungkinan bisa terjadi jika kedua orang tua adalah pembawa thalasemia maka anak-anaknya akan menjadi sebagai pembawa thalasemia, bisa jadi normal bahkan bisa menderita thalasemia mayor. Bila kedua orang tua bukan pembawa thalasemia, maka tidak mungkin mereka menurunkan thalasemia bawaan bahkan thalasemia mayor pada anak-anaknya, semua anaknya akan mempunyai darah normal.
Lantas bagaimana dengan jika salah seorang dari pasangan orang tua yang membawa thalasemi dan yang lainnya tidak? Maka kemungkinan anaknya 50% menderita pembawa thalasemia tetapi tak seorangpun yang akan menderita thalasemia mayor. Jadi sebaiknya jika kita mengetahui sejak dini sebagai pembawa thalasemia sebaiknya pilih lah pasangan yang tidak memiliki kelainan darah bawaan dalam hal ini Thalasemia.
Beradasarkan gejala kliniknya dikenal ada tiga jenis thalasemia:
Thalasemia Mayor, yaitu jika diketahui ada riwayat kedua orang tua adalah pembawa thalasemia. Sejak dini atau awal masa kanak-kanak sudah Nampak kemampuan hidup pada anak sangat  terbatas dengan gejala-gejala antara lain: Menderita anemia Hemolitik, Pembesaran organ Limpa dan hati akibat anemia yang lama, perut membuncit, sakit kuning (jaundice), Luka terbuka dikulit, Batu empedu, Lemas, kurang napsu makan, Pucat, Lesu, sesak nafas karena jantung bekerja berat, udem pada tungkai bawah dan pertumbuhan terganggu ditandai berat badan yang kurang.

Thalasemia minor, dengan gejala lebih ringan dan hanya sebagai pembawa sifat saja. Biasanya ditandai dengan lesu, kurang nafsu makan, sering terkena infeksi. Kondisi ini sering disalahartikan sebagai anemia karena defisiensi zat besi karena mirip sekali.

Thalasemia Intermedia, merupakan kondisi diantara keduanya yaitu antara mayor dan minor, dapat mengakibatkan anemia berat dan masalah berat seperti deformalitas tulang, pembengkakan limpa. Yang membedakan dengan thalasemia mayor, adalah berdasarkan ketergantungan penderita pada transfusi darah.

Untuk mengenali Thalasemia ini kita bisa melihat dari kekhasan penyakit ini sendiri yang bisa di jumpai  dari tampakan fisik penderitanya yaitu,Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar,Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya berwarna kelabu karena penimbunan zat besi.
Thalasemia tidak dapat dicegah jika sudah terjadi,tetapi bisa dideteksi dari dini untuk menghindari  dari kerusakan lebih lanjut akibat perjalanan penyakit. Deteksi dini thalasemia sangat dianjurkan agar pertambahan penderita tidak menjadi pesat pada generasi kita selanjutnya, dan dari deteksi ini dapat dilakukan intervensi dan penaganan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita agar bisa produktif seperti manusia normal lainnya dibandingkan skrining setelah penyakit yang telah lanjut. Deteksi dini bisa dilakukan kepada calon pasangan yang akan menuju jenjang yang lebih lanjut yaitu jenjang pernikahan, ibu hamil sebagai syarat pemeriksaan prenatal, anak-anak yang dicurigai gejala thalasemia. Pemeriksan laboratorium  tersebut meliputi pemeriksaan darah lengkap yaitu Hb, Lekosit, Eritrosit, Trombosit,Hematokrit, Diffcount, LED,MCV, MCH, MCHC.
Untuk penanganan thalasemia, bisa melakuakan perawatan berupa transfusi rutin, ini akan memperpanjang harapan hidup penderita. Untuk mengatasi penumpukkan zat besi, perlu diberikan obat berupa Desferal yang diberikan lewat suntikan. Saat ini sudah tersedia sediaan  yang berupa obat oral, yang diberikan bagi penderita di atas 2 tahun. Tindakan penatalaksanaan terbaik adalah  dengan cangkok sumsum tulang, dimana jaringan sumsum tulang penderita diganti dengan susum tulang donor yang cocok yaitu dari anggota keluarganya sendiri, meskipun hal ini masih cukup sulit dan dengan biaya yang cukup mahal.
Kita bisa bayangkan bagaimana hidup dengan thalasemia adalah hal yang sangat tidak menyenangkan. Tentu kita pun tidak ingin terjadi dengan siapapun. Mari peduli thalasemia, mereka anak-anak kita,adik-adik kita serta sahabat kita yang menderita thalasemia juga perlu diperjuangkan, perlu bahagia. Mari berikan kebahagiaan kepada mereka semampu kita bisa memberikannya, seperti yang dilakukan Sahabat Thala. Semoga selalu menginspirasi.

Rabu, 03 Februari 2016

Anakku Warriors Kecilku

Ngabang 31 januari 2016

Untuk kesekian kali,kami berpetualang menjelajah tanah-tanah jauh di pedalaman Kalimantan Barat. Beruntunglah saya memiliki Istri dan dua putra putri. Meskipun menempuh jalur dan rute yang sulit, beberapa kali mereka membuktikan bahwa mereka adalah petualang tangguh,tidak sedikitpun menunjukan gentar dan manja. Jalan yang kami lalui selalu tidak lazim untuk kami yang terbiasa hidup dalam kemudahan di kota besar. Kadang kami melintasi sungai. Kadang jalan kaki dijalan setapak yang becek,sepeda motor yang tidak layak jelajah di jalan tanah merah yang lengket melekat memaksa kami turun dari punggung kuda besi yang kami tunggangi. Alhamdulillah, kami menyebutnya si Semar,motor matic yang punya bagasi besar ini telah empat tahun menemani kami disetiap perjalanan kami pada tanah-tanah jelajah. Semua hanya karena kami yang tidak baik ini ingin menjadi baik, "Sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk sesama".

Ada pesan yang ingin saya sampaikan kepada mereka tentang hal ini,bahwa hidup adalah eksplorasi Ilmu pengetahuan. Dimana manusia menjadi baik jika berilmu dan ber"hati". Sebaik-baiknya hidup tidak hanya sekedar baik untuk diri sendiri. Kita punya tanggung jawab menebar kebaikan untuk sesama dan kelak akan sama-sama membuat dunia terjaga dalam keseimbangan. Jika tidak ada kepedulian maka kesenjangan akan terjadi jauh sekali. Antara yang mampu dan yang perlu dibantu jaraknya bak langit dan bumi, maka sebentar saja kerusakan disana-sini akan terjadi. Ilmu pengetahuan hanya didapat dengan cara menerima manfaat dari orang lain. Itu akan terjadi jika kita memberi manfaat juga kepadanya, karena saya yakin semua manusia punya kelebihan dan akan memberi manfaat jika kita jalin dalam silaturahim. Berpetualang adalah salah satu cara menuju kemuliaan. Dalam petualangan terjalin silaturahim dengan alam semesta. Semesta ini adalah gudang ilmu pengetahuan, yang jika pohon-pohon dijadikan penanya dan samudera menjadi tintanya ilmu Allah tidak akan ada habisnya untuk digali dan dipelajari.

Dalam petualangan ada pengalaman dan ilmu pengetahuan. Ada rasa sabar yang dikendalikan, ada semangat yang dinyalakan dan dikobarkan. Ada kalbu yang dibuka matanya sehingga mampu merasa dan melihat,Yang semua itu mampu melahirkan ilmu pengetahuan yang manfaat. "Mulialah manusia-manusia yang berilmu dan bermanfaat, karena ilmunya mampu menerangi dan membuat hidup menjadi terang benderang bagi orang lain".

Hari ini, dalam rangka itu pula kami kembali berpetualang bersama BrigecK warriors, sebuah perkumpulan teman-teman se-ide,satu visi dan satu kegemaran yang saya dirikan bersama enam sahabat saya yang kelak sejarah akan mencatat Kami; Acep ahmad, Sriyanto hadi syaputra, Agus kurniawan, Retno hartono, Aang Hardiyanto, Slamet Triyono, Muhaimin sani sebagai pendiri Brigade ini.
Kami memenuhi undangan sahabat baik kami,Latric (Landak adventure trail club) untuk bergabung dalam satu kegiatan amal bersama di desa Tenguwe kecamatan Air Besar kabupaten Landak. Sebuah desa diatas ketinggian kira-kira 800 mdpl, yang jarak tempuhnya jika ditempuh dari ngabang ke Serimbu (kota kecamatan Air Besar) sekitar 50 Km kemudian harus menanjaki punggung bukit meneruskan perjalanan dari Serimbu menuju Tenguwe sekitar 18 Km. Waktu tempuh bisa beragam, jika warga setempat cukup 2 jam dari Ngabang ke Serimbu dan 1 jam dari Serimbu menuju Tenguwe seperti yang dijanjikan dr. Angga. Oya, dokter Angga itu warrior BrigecK (sebutan hangat untuk sesama kami anggota Brigade), sempat dinas di Puskesmas Serimbu sebagai dokter PTT selama 2 tahun membaktikan diri disana. Beliau hafal betul seluk-beluk kecamatan Air besar, termasuk waktu tempuh dan medan yang akan dilalui menuju Tenguwe. Walau pun buat kami apa yang diceritakannya adalah bohong besar. Sungguh ini pendustaan yang sangat keji buat Gank motor se kreen dan kinyis-kinyis BrigecK warriors!

Atas kata-katanya yang penuh PHP itulah saya berani mengajak 2 warriors cilik saya, Ammas dan Nara. Semula saya menyangka medan yang akan kami lalui akan biasa-biasa saja seperti yang sering kami lalui. Pada prinsipnya kami tidak pernah gentar dengan segala yang akan dilalui. Namun kali ini saya harus berhitung, karena saya sedang dalam cidera lutut, berjalan saja susah harus disanggah tongkat.
Dengan percaya diri kami memulai trip pertama ke Rombo Dait. Rombo adalah sebutan lokal untuk nama lain air terjun. Rombo Dait adalah air terjun pertama yang kami lalui jika perjalanan dari kota Ngabang ke Serimbu. Letaknya ditengah-tengsh,diantara jarak keduanya. Tetapi kami harus masuk kedalam dengan jalan tanah yang agak menanjak pada awalnya,selanjutnya menanjak banget. Menurut dr. Angga jaraknya hanya 1 Km dari jalan raya. Saya tidak ingin berdebat untuk hal itu,yang saya pikirkan kita semua harus hati-hati dan selamat sampai atas karena jalan sesekali melambung ekstrim. Sisa hujan tadi malam meremukan jalan tanah merah menjadi lumpur yang melekat,lebih tepatnya seperti bubur tanah merah. Satu persatu tujuh sepeda motor BrigecK warriors berjatuhan,bergiliran seperti undian arisan. Sesekali saya yang dibonceng dr. Angga harus turun dari jok motor karena tidak mungkin dilalui berboncengan. Saya tertatih melangkah menanjak selangkah demi selangkah bersandar pada tongkat yang menopang kaki kanan saya yang sedang cidera sambil memapah Ammas putra tertua kami,kebetulan Ammas satu motor dengan saya dibonceng dokter angga.
Dibelakang saya, Nara putri saya asyik tertawa dalam gendongan ibunya. Sungguh bayi yang tangguh,Nara saat ini berusia 17 bulan. Sama halnya dengan Ammas kakaknya yang berusia 4 tahun. Buat mereka ini bukan petualangan kali pertama,jadi saya tidak aneh jika mereka sangat menikmati perjalanan ini.

Meleset dari bualan dokter Angga,akhirnya kami sampai di Rombo Dait dengan kesal dan geram. Tapi akhirnya lega dan senang juga,kami harus berdamai dengan keadaan. Rasa kesal karena dibohongi dr. Angga hilang sudah tergantikan ketakjuban kami kepada keindahan Rombo Dait.
Rombo Dait adalah air terjun tujuh tingkat yang ketujuhnya memiliki keunggulan dan keindahan masing-masing. Air terjun yang jatuh vertikal setinggi kurang lebih 20 meter dengan debet air yang agak besar,kemudian jatuh kebawah membentuk kolam dengan bebatuan dan pasir putih pelengkap ornamennya, untuk selanjutnya mengalir menjadi sungai kecil yang bening airnya,mengalir terus kedesa dibawah mengairi sawah dan ladang serta menjadi bagian kebutuhan hidup penduduk desa akan air bersih dan minum.
Disamping kanan kiri Rombo Dait adalah hutan kecil yang indah dan rimbun, ditengahnya ada jalan setapak menuju tingkat Rombo berikutnya, sepertinya indah sekali,sayang kami sudah cukup puas ditingkat pertama saja dan tidak berkeinginan untuk ketingkat berikutnya mengingat waktu kami yang tidak banyak dan harus segera melanjutkan perjalanan ke Serimbu dan Tanguwe.
Dua warriors cilikku begitu senang mandi dibawah Rombo Dait, seolah tidak ingin berhenti mandi mereka terus berendam ketengah kolam. Kebetulan tidak dalam jadi saya biarkan saja mereka bermain ditengah kolam.
Dengan menahan kecewa Ammas terpaksa harus menyudahi berenangnya, Karena hari sudah terlalu siang. Setelah makan siang dengan bekal nasi bungkus yang kami bawa dari rumah dr. Angga, kami melanjutkan kembali perjalanan.
Kali ini kami harus berhati-hati,tupanya jalan menurun lebih mengerikan. Kami harus memainkan rem dengan sangat seksama. Sepeda motor yang tidak cocok dengan medan yang dilalui menghentikan sebentar perjalanan. Kami harus menunggu Aris dan warrior Aang karena ada kendala dengan kuda besi tunggangannya. Tak terlalu lama petualangan pun dimulai kembali.
Serimbu adalah kota kecil tumpuan desa-desa sekitar. Untuk keperluan hidup, Serimbu bisa diandalkan sebagai tempat belanja kebutuhan. Pertimbangannya semua yang dibutuhkan tersedia di Serimbu dan jaraknya lebih dekat dari pada ke Ngabang.
Kami beristirahat sejenak di Serimbu sambil mempersilahkan dokter Angga bernostalgia. Mungkin ada beberapa mantan yang harus dikunjungi dan diselesaikan urusannya. Rupanya dokter angga baru saja mendapat hidayah, perjalanan yang sulit membuat empatinya terlatih. "Jika perempuan-perempuan di PHP, sungguh sangat mengenaskan dan tidak mengenakan. Ini harus segera diakhiri jika tidak ingin berdosa",gumamnya.
Hujan mulai jatuh rintik-rintik, saya mengenakan jas hujan Ammas agar tidak basah dan kedinginan. Ammas berlindung dibalik jas hujannya dari hujaman air hujan yang semakin lama semakin deras. Saya menghampiri ibu Ammas untuk mengenakan jas nya agar Nara jugs terlindung dari hujan sebelum kami gas pol kembali sepeda motor kami.

Tenguwe rupanya lebih menanjak dan curam sekali, ditambah hujan yang turun melicinkan jalanan tanah merah yang kami lalui. Kali ini kami lebih sering jatuh bergiliran, mulai dari Aris, Aang, Yanto dan saya pun ikut terjatuh. Kaki kanan saya yang sedang cidera terasa bertambah sakit,tapi saya tidak hiraukan. Saya lebih memperhatikan dua warriors saya dan ibunya. Alhamdulillah mereka tidak apa-apa. Mereka tampak sangat senang menikmati perjalanan. Entah lah, mungkin belum mengerti rasa takut.
Hujan semakin lebat dan jalanan semakin licin. Sesekali saya mengintip Ammas dan Nara dibalik mantelnya. Tampak Ammas menggigil kedinginan, tetapi tidak merengek rewel. Ckckck...Anak yang hebat,meskipun saya tahu dia hanya menguatkan diri.
Kami turun kembali dan menenteng tunggangan masing-masing. Jalan tidak mungkin dilalui karena lumpurnya sangat dalam. Satu persatu sepeda motor digerek perlahan melewati lumpur tersebut. Saya yang pincang ini terpaksa harus menggendong Ammas pada beberapa tombak kedepan.
Latric adalah komunitas yang teruji kesetiakawanannya. Dalam kepayahan Latric mengevakuasi beberapa dari kami. Dengan perkasa mereka menerbangkan kami diatas lumpur-lumpur berserakan. Kami seperti terbang dari punggung bukit satu ke bukit yang lain. Ammas berteriak kegirangan, sepanjang jalan memuji tunggangan barunya bersama om Latric. "Sungguh kreen sekali,Ammas ingin beli motor ini",celotehnya bersaing dengan deru motor.

Tidak begitu lama kami sampai di Tenguwe. Saya dengan serta merta menghempaskan ketegangan di dada ke atas tanah. Huh!!! Sungguh trip yang menakutkan. Sejenak kami menghela nafas, mengembalikan kegembiraan yang sempat direnggut rasa takut. Sambil menunggu warriors yang lain, Ammas segera bergabung dengan teman-teman barunya didusun Tenguwe. Dia memang warrior kecil yang hebat. Bersama om Latric Ammas melatih kasih sayangnya, Ammas menjadi relawan membagikan buku dan alat tulis untuk anak-anak dusun Tenguwe dan dusun Tandi di desa Tenguwe.

Desa Tenguwe berada diketinggian bukit, dengan dua dusun yaitu Tenguwe dan Tandi yang dipisahkan oleh aliran sungai. Masing-masing penduduk dusun adalah pekerja keras. Semua tidak ada yang menganggur meskipun inprastruktur belum terbangun dengan baik dan geografis alam yang sulit.
Lokasi yang turun naik menyebabkan berdampak pada kesehatan. Penduduk dusun yang beraktifitas keladang, kebun, hutan dan berburu beresiko menderita radang sendi.
Malam hari suasana Tenguwe begitu gelap gulita, karena belum dialiri aliran listrik. Tetapi warga harus beraktifitas ke masjid dan mengaji hanya menggunakan penerangan head lamp yang tidak begitu terang dikenakan pada kepala masing-masing.
Sebenarnya Tenguwe memiliki pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTM) yang bisa menerangi seluruh desa. Namun saat ini baru dusun Tandi saja yang bisa dialiri Listrik karena letaknya dekat dengan sumber enerji, yaitu PLTM Rombo Setiin.
Malam hari, dalam sinar lampu yang tidak terlalu terang bertenaga genset, Latric, Brigeck,Aimi kalbar dan KBMN serta beberapa komunitas lain memberikan persembahan untuk warga Tenguwe.
Warga desa mendadak berkumpul ramai menikmati hiburan layar tancap yang kami sajikan. Kami ingin mengembalikan semangat desa yang naif namun asli tanpa kepalsuan. Lewat film "Salah Kemat" garapan sahabat KBMN,kami ingin mengingatkan bahwa desa bukan masa lalu, tetapi desa adalah tonggak sejarah. Semua berawal dari desa,maka berbahagia dan banggalah dengan desa,tidak ada kota jika tidak ada desa. Zaman boleh berubah tapi tradisi dan kearifan tidak boleh tergerus globalisasi.
Dari pengobatan yang kami lakukan, banyak warga yang menderita radang sendi, ini bisa saja ada korelasi antara aktifitas,geografis dan sikap tubuh yang tidak memperhatikan kaidah ergonomis. Saya kira perlu ada pembinaan untuk penduduk yang hampir sebagian adalah pekerja informal. Mereka perlu mengenal kaidah-kaidah ergonomis dan pengetahuan kesehatan dan keselamatan dalam bekerja atau beraktifitas.

Beberapa diantara mereka mengeluh gangguan penglihatan yang kabur. Ini sangat erat dengan akomodasi mata yang berat dipaksakan. Setiap malam hari harus beradaptasi dengan cahaya yang seadanya. Semoga aliran listrik dapat segera menerangi seluruh desa. Satu saat Tenguwe akan terang benderang.
Rombo Setiin adalah air terjun yang tidak terlalu tinggi, mungkin jatuhnya air hanya setinggi 13 meter. Saya dan dua warrior kecil saya tidak akan menyianyiakan pemandangan kreen ini. Rombo Setiin dikelilingi hutan kecil disekelilingnya. Pohon-pohon dan cadas dindingnya begitu kokoh dan angker, membawa kita seolah-olah pada pemandangan serupa dinegeri tetangga. Hey!!! Wake up man! Ini Rombo setiin, letaknya di Tenguwe kecamatan Air besar kabupaten landak, bukan thailand.

Rombo Setiin memberi manfaat luar biasa untuk Desa Tenguwe, arus nya yang deras mampu menghasilkan enerji listrik. Sayang belum semua teraliri.
Saya dan Ammas mencoba menuruni lereng Rombo yang curam dengan tertatih, sementara Nara digendong ibunya. Ibu yang hebat, saya memeluk dan memujinya dengan takjub. Semoga saya bisa senantiasa membawanya dalam kebahagiaan.
Tidak terlalu lama kami menikmati jatuhan air yang mengumpul membentuk sebuah danau kecil. Benar-benar tempat yang kreen. Alhamdulillah saat ini belum rusak oleh tangan-tangan jahil, kami berupaya membawa kembali sampah dari apa yang kami bawa agar tidak mengotori Rombo Setiin.
Tibalah saya harus menaiki kembali lereng Rombo. Saya yang pincang ini harus bersusah payah mendakinya. Kaki saya semakin ngilu. Namun seketika sakit saya hilang. Dalam hujan Ammas yang sudah diatas lereng berlari kembali kearah saya. Ammas menggapai-gapai ayahnya dan membimbing saya menuju tempat sepeda motor kami parkir. " Ayah ndak apa-apa?",tanyanya seraya membimbing saya. Air mata saya meleleh kagum. Saya bahagia memiliki warrior-warrior cilik saya. Alhamdulillah ya Allah Tuhanku yang maha daya, semoga Ammas dan Nara menjadi anak-anak shaleh, yang membawa ayahnya kesyurga kelak, walaupun ayahnya baru bisa membawanya ke syurga dibalik Tengue.